Bali Trip part 1


Bali = paradise,
begitu kira2 kata orang yang pernah berkunjung ke sana. Alam yang indah, pantai yang bagus, kebudayaan yang unik, orang2nya yang ramah...
tapi mungkin perlu dilihat siapa “orang” yang mengatakannya. Kalo mau dibilang alamnya yang indah dan pantainya yang bagus, silahkan googling sebut saja wakatobi, raja ampat, atau bunaken yang telah menjadi world heritage, jauh2 lebih bagus dari pada pantai yang ada di bali entah itu kuta, sanur ataupun dreamland, kebudayaan yang unik okelah, tapi kalo orang2nya yang ramah, nanti dulu... ramah pada siapa?
Mungkin jika anda turis bule anda akan merasakan keramahan yang amat sangat dari penduduk lokal, tapi jika tampang anda lokal namun bahasa anda sangat EYD atau EYDj *ejaan yang dijawakan*, mungkin kata ramah itu akan melenceng sedikit menjadi kebencian dengan sedikit rasis.

Memang tidak dapat dikatakan orang bali secara keseluruhan seperti itu, tapi tetap saja setidaknya itu yang saya dan ke-5 teman saya rasakan ketika jalan2 ke bali bulan oktober kemarin.
Bagaimana tidak, silahkan mencoba berkunjung ke penjaja kaki lima di sekitar kuta dan tunggulah beberapa saat sampai ada turis bule yang datang, saya jamin anda akan melihat wajah bete si penjual akan berubah menjadi senyuman kebahagian dan penuh keramahan, namun senyuman itu bukan untuk anda, tapi untuk bule yang baru datang.Lalu lakukan apapun yang anda inginkan, entah itu tetap melihat-lihat, ngobrol dengan teman ataupun ngeloyor pergi, selama bukan mengambil dagangannya, si penjual tidak akan perduli dengan apa yang anda kerjakan di situ.

Atau silahkan cari penginapan murah di sekitar popies 1, popies 2. Penginapan popies sangat murah jika dibandingkan dengan daerah lainnya di sekitaran pantai kuta. Waktu saya datang kemarin penginapannya berkisar antara 90rb – 180rb untuk kamar tidak ber-AC, dan 200 – 350rb untuk yang ber-AC, padahal 1-2 tahun yang lalu harganya bisa sampai 50rb untuk kamar tidak ber-AC yang sudah lumayan.
Murah memang, tapi pelayanannya juga banyak yang murahan.
Segera setelah memarkir mobil di pantai kuta, saya dan teman2 segera berjalan ke daerah popies untuk mencari tempat menginap, diluar dugaan kami yang berpikir bali akan agak sepi karena bukan hari libur, ternyata hotel2 banyak yang penuh. Sepertinya bule2 ini tidak mengenal hari libur di indonesia.

Masuklah kami dari satu hotel ke hotel lainnya, hotel pertama yang kami masuki bertarif 90rb/malam, si penjaga dengan muka jutek melayani kami seadanya, dan semakin seadanya ketika kami mulai menawar. Hidungnya yang kembang kempis seperti sedang mengisyaratkan kami, take it or leave it. Karena masih merasa kemahalan, kami pun berusaha mencari hotel lainnya yang lebih murah. Siapa sangka kalau ternyata itu adalah tarif hotel termurah yang bisa kami dapatkan saat itu.

Di sini lah berengseknya orang2 bali penjaga hotel itu. Karena merasa paling murah di situ, dan rasanya sudah tidak ada tenaga lagi untuk mencari yang lain, kami pun dengan sisa2 tenaga yang ada kembali ke hotel pertama untuk check in. Dasar keparat, orang2 itu ogah memberikan kamarnya kepada kami dengan alasan sudah penuh. Padahal belum ada setengah jam waktu pertama kali kami datang.
Tai kucing kecoa ngesot! Baru jadi penjaga hotel aja belagunya minta ampun!

Yang lebih bodoh lagi ada satu hotel yang kami tanya, harga sudah deal 200rb/mlm *kalau tidak salah* fasilitas AC, air panas, kolam renang, TV, 1 kamar 3 orang, sudah bilang kami menginap sampai tanggal berapa, bahkan kami berembuk di depan si penjaga hotel sampai ada kata sepakat kalo lebih baik kita menginap di situ saja. Waktu bilang ke penjaganya, “ok, kita ambil 2 kamar”, si penjaganya malah bengong, lama berpikir baru kata2 keluar dari mulutnya, “hotelnya sedang renovasi”, “lah, jadi ada gak nih kamarnya???”, “erm..., masih belum kelar renovasinya”. Jah..... bego bener dah ni orang, kalo kamarnya gak ada, ngapain juga dia jelasin panjang x lebar x tinggi????
sekolah di mana sih ente?!

Akhirnya kami dapat hotel juga, masih di jalan popies. Tarifnya 120rb/malam dapat sarapan. Tawar menawar sebentar, akhirnya deal 100rb/mlm karena kita ambil 3 kamar. Kamarnya busuk, di lantai 3, naik tangga pula. Tapi masih lebih baik dari pada hotel yang saya tinggali waktu bulan juni kemarin saya datang ke bali. Harganya memang hanya 75rb/malam, tapi kamarnya benar3x... busuk sekali. Airnya bau tai, benar2 bau TAI! Hari ke-2 ketika mau mandi pagi, airnya malah tidak keluar sama sekali, kurang ajar betul, padahal sudah terlambat untuk seminar di hard rock. Saya pun pindah ke hotel seharga 150rb waktu itu.

Antara jam 7 – 11 adalah waktunya sarapan, lumayan juga untuk hotel seharga 100rb ada breakfast nya. Pilihannya, banana/pinapple pancake, banana/pinapple toast, sama apa tuh lupa namanya. Yang pasti cuma 2 pilihan, banana or pinapple, gak ada buah lain yah? Pelayanan breakfastnya? Minta ampun kayak sampah dah. Orang2nya bener2 ngajak berantem, ngomong gak sopan, piring dan gelas kotor, aih... emosi rasanya. Suatu pagi si nino minta telur rebus satu, si pelayan dengan nada gak yakin bilang kalo itu telur bayar, 5000 perak! Sial, dia pikir kita gak mampu bayar apa? Sini muke lu gw beli!
Lain lagi waktu ada 2 cewek bule datang buat sarapan, si pelayan, yang juga merangkap tukang sapu itu, segera setelah mengantarkan pesanan si bule, langsung duduk manis di dekat mereka dan mulai ngajak bule2 ini ngobrol, dengan bahasa inggrisnya yang patah2 belepotan kayak sampah itu, dia memulai ceritanya mulai dari tempat tinggalnya di bali sampai curhat masalah dia ditinggalin sama cewe nya yang orang swedia. Cih..., nyadar dong nyadar!!! muka udah kayak tukang becak, kerja cuman nyapu ngepel sama jadi pecun nya bule2 aja belagu bener! Hidup tiap hari cuman dipake buat ngelucu aja, ntar juga kalo tua cuman bisa bediri di pinggir jalan sambil teriak “mushroom... mushroom...”

*buat catatan, ini orang adalah orang yang paling jengkelin, belagu, senga or apalah you name it, sama kita waktu di hotel dari awal check in sampe check out! Makanya agak sedikit emosi waktu cerita. Hehehehe...*

Gak semua orang di bali kayak gitu, mungkin juga yang songong itu bukan orang bali asli, tapi cuma pendatang. Ya gak tau juga. WTF lah, buat yang ngerasa aja...
n_______n

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

ini jelas-jelas punya rikes n___n