Dia... *be grateful of it*

Siang itu terasa sangat panas, sepanas teriknya matahari yang menghangatkan kota surabaya, tetapi terlampau hangat hingga membuat setiap orang di kota ini merasa seperti sedang dikutuk *lebay mode on*
dengan cuaca yang seperti ini, malas rasanya keluar kampus untuk sekedar mencari makan.
ughh.. kuliah yang panjang tadi membuat semua cacing di perutku ini berteriak (baca: laper). satu nasi ayam penyet super pedas gak pake gula segera ku pesan untuk menenangkan mereka.
sambil menunggu, ku sempatkan pergi ke toilet untuk kencing.

aku lupa namanya, namun salah seorang temanku pernah mengenalkannya padaku ketika semester2 awal aku kuliah, dia memang lumpuh, sejak kecil sepertinya, sungkan rasanya untuk menanyakan sejak kapan ataupun apa penyebab dari kelumpuhannya ketika itu. yang ku tau dia adalah mahasiswa satu jurusan denganku, satu tingkat di atasku dan selama ini aku belum pernah sekelas dengannya, hal itu menandakan dia adalah mahasiswa yang cukup pintar, setidaknya itu berarti dia tidak pernah mengulang mata kuliah di kelas yang ku ambil. tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutnya yang ku ingat ketika itu.
sebenarnya bukan hal yang aneh bertemu dia di area kampus, bukan satu dua kali juga aku berpapasan dengannya bersama pria paruh baya pendorong kursi rodanya, o ya.. aku lupa bilang, dia berkursi roda dan selalu ditemani oleh seseorang yang membantu mendorong kursi rodanya. selama ini aku tidak pernah bertemu dengannya di dalam toilet, dan siang itu kami berbagi toilet yang sama.
pembantunya itu memegang sebuah botol berwarna putih dan sepertinya sedang membuka resleting orang berkursi roda itu ketika aku masuk ke dalam toilet. dia hanya duduk diam tanpa bergerak sedikutpun menunggu proses itu selesai, bukan karena malas, namun karena keadaan fisiknya yang membuat ia tidak mampu untuk kencing seperti orang normal.
pikiranku segera melayang jauh mengingat kembali apa saja yang sudah ku lakukan dengan tubuh ku yang Tuhan berikan segalanya berfungsi sempurna. pergaulan yang buruk, tugas kuliah yang menumpuk, deadline proyek yang sudah di depan mata (matanya siapa yah?), seringkali membuatku menyia-nyiakan kesehatan serta fungsi tubuh yang sudah Tuhan berikan secara prima. itu pun seringkli tidak ada rasa syukur di dalamnya. entah seberapa sering aku mengeluh dengan keterbatasan dari kemampuan se"onggok" daging ini.
kejadian siang itu mengajarkanku untuk lebih bersyukur, bukan bersyukur karena aku normal sedangkan dia cacat, aku tau Tuhan punya rencana yang besar bagi setiap orang, seperti apapun bentuk dan rupa mereka, aku tau aku tidak lebih beruntung dari dia.namun mengingatkanku untuk lebih menghargai hidupku, karena Tuhan sudah menciptakan aku sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan kekurang ku. be grateful of it.

1 komentar:

Ser Artan 28 Juli 2009 pukul 19.58  

salam....
http://serartan.blogspot.com/2009/03/indonesian-people-be-grateful-friends.html

Posting Komentar

About this blog

ini jelas-jelas punya rikes n___n