Barbara... oh Barbara... (Ya.., maksud saya gang DOLLY!)


Surabaya malam itu terasa sangat sepi. Angin malam yang menembus jaket ketika melaju dengan motor bersama ke-empat teman saya menambah keasikan petualangan malam itu. Lampu2 mall yang sudah tidak seterang ketika banyak pengunjung mall memenuhinya beberapa jam yang lalu, seakan-akan mengisyaratkan waktunya untuk beristirahat dari segala aktivitas, apapun yang semua orang kerjakan hari itu.
Kira-kira 20 menit perjalanan dari kost kami di siwalankerto, tepat sebelum memasuki pasar kembang, teman saya membelokan motornya ke kiri memasuki sebuah gang sepi yang saya lupa nama jalannya. Beberapa kali melewati tikungan dan jalan yang cukup menanjak, satu-satunya bukit di tengah kota Surabaya yang saya tau. Sampailah kami di sebuah gang yang cukup berbeda dibanding sepanjang jalan yang kami lewati sebelumnya. Gang yang ini cukup ramai, sangat ramai malahan sampai-sampai beberapa kali motor kami terhenti karena harus mengalah dengan mobil yang lewat dari arah yang berlawanan. Motor menjadi pilihan yang tepat dibandingkan mobil jika ingin berkunjung ke sini. Ya.. banyak orang yang beristirahat, tapi tidak semua orang. setidaknya tidak untuk orang-orang ini, malam hari adalah saatnya untuk mengais rejeki, bukan untuk tidur nyenyak di kasur yang empuk seperti yang kebanyakan orang lakukan. Dolly, adalah gang yang tak pernah sepi ketika malam, kecuali ketika bulan puasa tiba.n___n
Pusat prostitusi yang dengar-dengar terkenal seantero Asia, karena dengar-dengar lagi katanya ini adalah kompleks pemuas syahwat terbesar se-Asia Tenggara. Benarkah? Siapa perduli.
Segera setelah memarkirkan motor, kami mulai berkeliling melihat “barang-barang” yang di tawarkan di sini. Tanpa bermaksud merendahkan para kupu-kupu malam yang saya yakin bekerja sangat keras demi menyambung hidup, namun itu gambaran yang cukup masuk akal untuk mendeskripsikan suasana di sana. Wisma-wisma berdinding keramik berwarna cerah dengan jendela berkaca besar yang sepertinya dibuat untuk memberitahu para pengunjung betapa jujur dan terbukanya mereka kepada customer, sehingga menjamin tidak seorang customer pun yang membayar terlalu mahal untuk “barang” yang tidak sesuai. Mulia sekali hati mereka yah.
Berada di sana membuat saya merasa seperti sedang berada di roxy, dimana kanan kirinya dipenuh barang dagangan yang di display dalam lemari kaca. Bedanya, kalo di roxy hape, kalo di sini yang di display manusia.
Sepanjang jalan beberapa kali tangan saya ditarik oleh para gremo untuk sekedar melihat lebih jelas ke dalam wisma, siapa tau saja ada yang cocok di hati. Beberapa wisma yang saya ingat di antaranya dollywood, wisma 29, putra bangsa dll. Dari yang muda sampai nenek2, yang gemuk sampai yang cungkring,pirang, hitam, cantik, nyeremin… berbagai macam rupa dan bentuk tersedia di sini. Satu hal yang menyatukan mereka, mereka semua sudah terlatih untuk memuaskan libido anda dengan berbagai teknik dan posisi. Jangan tanya soal pengalaman, jam terbang mereka sudah sampai pada tingkat pro. Yang membedakan mereka…
tentu saja harganya.
“85 ribu bos…”
“90 ribu…”
“120 ribu nyo…”
Kisaran harga yang saya survey malam itu, sekitar 85 ribu yang paling murah, sampai 150 ribu yang paling mahal. Ini range harga yang mereka tawarkan kepada saya selama saya berkeliling. Bisa jadi ada yang lebih murah ataupun lebih mahal dari itu.
Namun dolly tidak hanya milik para gremo dan kupu-kupu malam mereka, tidak sedikit tukang nasi goreng, bebek goreng sampai pecel yang mencari rejeki di gang itu. Soal harga, jangan tanya. Satu botol aqua saja di jual seharga 10 ribu rupiah, kratindaeng di bandrol sama 10 ribu, lemon 15 ribu sedangkan bir 20 ribu. Bisa bayangkan harga makanannya? Saya tidak, karena saya memutuskan untuk tidak membeli apa-apa di sana. Bukan hanya karena pertimbangan harga saja, tapi siapa yang bisa menjamin kalo nasi goreng yang di sajikan tidak tercampur sperma penjualnya yang mungkin saja habis main dengan salah satu wanita di sana.
Penghuni lainnya yang tidak kalah menarik perhatian adalah para anak-anak kecil yang seliweran dan meminta-minta pada para pengunjung. Entah kemana orang tua mereka, tapi dari yang saya pernah dengar, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dari para kupu malam itu, yang tentu saja mereka binggung siapa ayahnya. sungguh suatu masalah social yang harusnya menjadi perhatian pemerintah.
Kembali ke gang. Setelah lelah berkeliling dan hampir tuli karena semua wisma memiliki speaker-speaker dangdut super besar yang memutar lagu-lagu house music, akhirnya kami masuk ke dalam wisma Barbara. Wisma yang menurut orang-orang yang terbaik di daerahnya. Sudah beberapa kali saya mendengar tentang wisma yang tersohor itu dari beberapa orang teman. Tidak seperti wisma lainnya yang memajang “dagangannya” persis di depan dan pinggir jalan, untuk dapat melihat koleksi dari wisma ini kita harus masuk ke dalam melewati halaman yang lebih menyerupai gang dan di penuhi ikan arwana. Disambut 2 buah lilin naga raksaksa berwarna merah seperti yang terdapat di klenteng, dengan diantar oleh gremo lelaki paruh baya, kami memasuki pintu masuk wisma Barbara. Wangi pengharum ruangan aroma jeruk yang bercampur asap rokok, sempat membuat saya mual dan ingin muntah,dan tetap dengan music yang memekakan telinga, bedanya di sini mereka memiliki seperti semacam DJ yang akan "nyerocos" di tengah alunan lagu house music yang sepertinya selain sebagai pemutar lagu, ia juga bertugas sebagai petugas informasi yang menginformasikan siapa-siapa saja wanita yang keluar maupun masuk ke dalam aquarium. Kami duduk di sebuah sofa panjang yang disusun menghadap satu arah. Seperti kursi-kursi di kereta api ataupun pesawat. Menghadap sebuah aquarium raksaksa, yang di dalamnya terdapat wanita-wanita berpakaian sexy yang sedang menunggu giliran untuk memuaskan tamu yang tertarik melihatnya dari balik kaca. Memang tidak salah jika Barbara didaulat menjadi yang terbaik di daerahnya. Pertama kali masuk mata saya segera tertuju pada wanita berbaju biru yang sedang duduk di pojokan kiri atas. Untuk ukuran pekerja sex, wanita itu memiliki fisik yang lumayan menarik hati. Tapi tidak lama kemudian dia segera keluar dari aquariumnya, yang menandakan sudah ada yang memesan. Tidak berapa lama salah satu teman saya yang sudah tidak kuat ingin merasakan hangatnya tubuh salah satu wanita itu segera menunjuk salah satu wanita yang ada di balik kaca itu seraya memberikan isyarat kepada gremo yang menemani kami.
“ooo, Lulu…”
Kata gremo itu dan tanpa membuang waktu segera mempersilahkan teman saya untuk bersiap-siap di dalam kamar.
“doakan aku yah..”
Setengah bergurau dia.
Satu jam hampir berlalu, giliran teman saya yang satu akhirnya menentukan pilihan. Wanita berbaju biru ditunjuknya, dan ia pun segera menghilang di antara kamar-kamar wisma itu.
Saya…
Kapan giliran saya?
Segera setelah teman saya itu masuk, kami berdua yang tersisa, saya dan teman saya yang satunya lagi segera meninggalkan Barbara dan pergi mencari makan. Karena dari awal memang saya tidak memiliki niat sedikitpun untuk mencicipi salah satu wanita di dolly. Bayangkan, uang di dompet saja hanya tersisa 40 ribu perak, yang bahkan nenek-nenek sekalipun tidak mau di bayar dengan harga segitu.
Wakakakaka…..
Petualangan malam itu di akhiri dengan makan nasi cumi super mahal di daerah pasar keputran, yang sepiringnya di bandrol 20 ribu!!!!!
Astaganaga…. Mudah-mudahan warung itu cepat tutup saja deh. n____n

4 komentar:

Anonim 15 Mei 2009 pukul 10.16  

wkwkwk,, kes mantap abis gan,,
bisa jadi peliput berita km ini wkwkw,,,

rikes 16 Mei 2009 pukul 05.04  

hehehehehe
emang lagi observasi malem itu
n____n

~ jessie ~ 16 Mei 2009 pukul 08.37  

cieee.. template-nya ganti euy... kurang shoutbox, kes...

rikes 17 Mei 2009 pukul 19.53  

iya neh, masih on progress. ini juga masih percobaan
n___n

Posting Komentar

About this blog

ini jelas-jelas punya rikes n___n