A Good Lover Wannabe

Bulan ini beruntung banget bisa ketemu 2 kisah dari 2 pasangan yang berbeda.
2 pasangan ini sama-sama ditinggal mati oleh salah satu pasangan masing-masing, ga berapa lama sebelum tulisan ini dibuat. Tapi cara kedua pasangan pasangan ini menjalani kehidupan pernikahan mereka sangatlah berbeda.

Pasangan pertama adalah pasangan yang sudah hidup bersama lebih dari 30 tahun. Sang suami adalah seorang Profesor yang cukup terkenal di Jakarta, sang istri juga seorang yang senang belajar, dan sebelum ajalnya datang, telah berhasil mendapatkan gelar sarjana Theologi di usia yang tidak lagi muda. 
Pasangan ini adalah mertua dari rekan gw di kerjaan. Dan teman gw bercerita betapa hancurnya hati si ayah mertua waktu mendapati istrinya yang ketika itu meminta ijin untuk tidur siang di kamar, sudah terbaring tidak bergerak lagi sore harinya. Si istri tidur untuk selamanya. 
Setelah kebaktian demi kebaktian telah selesai digelar, sang ayah mertua tidak mengijinkan anak-anaknya untuk kembali ke rumah masing-masing. Alasannya simpel, dia tidak tau apa yang bisa dikerjakannya di rumah seorang diri. 
Saat itu dia sadar bahwa selama ini tidak ada satu pekerjaan pun yang dikerjakannya, tanpa campur tangan sang istri. 
Mulai dari memasang sprei tempat tidur, membuat teh di sore hari, bahkan cara menyiram wc pun mengingatkannya pada sang istri. Setiap kali si suami pergi ke wc, si istri tidak pernah lelah untuk mengingatkan si suami untuk menekan tombol flush sebanyak 2x. Menurutnya jika cuma 1x itu masih kurang bersih. 
Jika awal pacaran, pasangan kita punya kebiasaan mengingatkan seperti itu, pasti kita akan ngerasa that's so cute, dan dengan senang hati melakukannya. Tapi bayangkan jika dia tidak pernah bosan mengingatkan kita selama 30 tahun berjalan? I mean it's 30 years and counting for God sake! Lama-lama bosan juga. 
But you know what? That annoying little things, would be missed when it suddenly stop. Hal yang menyebalkan selama ini dilakukan pasangan kita, bisa jadi adalah hal yang sangat berarti ketika dia pergi.
Kemudian teman gw bercerita suatu sore setelah kematian ibu mertuanya, si ayah mertua berkata: "Saya benar-benar tidak tau lagi apa yang bisa saya lakukan tanpanya. Semua hal di kamar ini, adalah tentang dia, dan saya tidak punya andil apapun untuk membuat setiap hal tersebut tetap pada posisinya dengan benar."
What a heart breaker words.

Pasangan kedua juga telah hidup bersama selama lebih dari 30 tahun. Meskipun sampai maut memisahkan mereka tetap bersama, tapi kehidupan pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang selalu harmonis. 
Sang suami adalah seorang perokok berat dan hobi minum minuman keras. Sang istri adalah salah satu aktivis gereja yang gemar pelayanan kemana-mana. Ada saja pandangan berbeda yang jadi bahan pertentangan pasangan suami istri ini setiap harinya.
Sampai suatu hari si suami terbaring sekarat di rumah sakit karena masalah paru-paru, si istri mulai merasa kehilangan teman berdebat. Jangankan untuk berdebat, berbicara dengan normal pun sudah sulit karena si suami berada di dalam ruang isolasi.
Sampai ketika sisa hidup si suami tinggal hitungan jam, dia meminta istrinya untuk menyanyikan kembali lagu-lagu jaman mereka pacaran dulu untuk mengiringi kepergiannya. 
Tanpa bisa menahan air mata yang terus keluar, si istri mengantarkannya menghadap pencipta dengan suara lembut nyanyian di telinga si suami. 
Mungkin ketika mereka masih sehat dan kuat untuk bertengkar, permintaan tersebut adalah permintaan yang menggelikan dan konyol untuk diutarakan. 
Mungkin juga keduanya merasa terlalu gengsi untuk meminta lalu mendengarkan. Tapi tidak ada permintaan yang konyol ketika itu menjadi permintaan terakhir dari orang yang telah mengisi dan menemani hidup kita selama itu.
So sweet isn't it?

Gw sendiri, bukanlah orang yang cukup sukses dalam membangun hubungan percintaan yang bisa bertahan lama. 
Jangankan ngebayangin kehidupan pernikahan sampai tua. Pacaran yang bisa bertahan sampe ke pernikahan aja masih remedial terus. Ada aja kendalanya ketika mau beranjak ke level yang jauh lebih serius dalam suatu hubungan.
Tapi bukan berarti ga mikirin untuk suatu hari punya partner yang bisa nemenin sampe tua juga.
Ga harus punya partner yang tiap hari pelukan dan cinta-cintaan sampai maut memisahkan. Sekali-sekali pasangan jadi teman sparing kan boleh juga. Karena pernikahan yang long last itu bukan kayak cerita-cerita dongeng di negeri disney menurut gw. 
It's about how you find that "annoying little things" from your partner and then hate it so much. So when it suddenly stop, it's gonna break your heart and you'll gonna miss it more than before.

Gw berharap suatu hari akan ada yang berhasil menyambung kabel putus yang terselip diantara gulungan kusut dari onggokan otak gw yang sering gw sebut idealisme.
Akan ada orang yang menemukan dan memungut gw dari antara tumpukan jerami kering, dipukul-pukul sedikit dengan tangan, supaya tai-tai yang menempel berjatuhan, dimasukin dalam kantong dan disimpan selamanya :)



*tulisan ini didedikasikan untuk 2 pasangan hebat yang gw ceritain diatas. Dan juga untuk orang-orang yang selama ini uda berusaha mengangkat gw dari tumpukan jerami, memukul-mukul sedikit tapi malah cuma dapet tai nya aja yang tersisa ditangan. It's all my fault.
I know i hurt you so bad. But you know what? The time i realize how hard you hurt, it came back and hurt me even worst.
I'm sorry :(

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

ini jelas-jelas punya rikes n___n