Perjalanan (Trekking ke pedalaman suku Baduy dalam, 10-11 Mei 2014)

Rangkas Bitung, 10 Mei 2014, menjelang tengah hari...

Stasiun kereta api ini terasa penuh sesak dengan para penduduk kota yang juga pecandu kehidupan jauh dari hingar bingar kota besar.
Ya, gw salah satu nya. Orang-orang yang muak dengan gemerlapnya kota besar, yang penuh dengan kemacetan dan kemunafikan.
Hari ini kita akan melakukan perjalanan panjang memasuki pedalaman suku baduy.

Trekking yang dimulai dari desa Ciboleger membuat gw sangat bersemangat. Dari sini uda disambut dengan rumah-rumah beratapkan jerami kering berwarna coklat tua, ga sabar ngeliat apa yang bakal gw temukan nanti di dalam.

Berjalan menembus lebatnya hutan, cuaca yang gak pernah bisa diprediksi, hujan yang tiba-tiba mengguyur gw yang lupa bawa jas hujan, jembatan bambu yang nyeremin buat dilewatin, tapi cukup kokoh untuk menahan berat setiap traveler yang lewat. Benar-benar jadi hal yang bisa gw kangenin ketika berkutat dengan rutinitas hidup di Jakarta. Gw sadar, hal-hal ini menjadi begitu adiktif dalam hidup gw. So much fun!

Dengkul yang gemetar ketika melangkah 12 km masuk ke dalam hutan, belum lagi membayangkan 12 km lainnya untuk berjalan keluar melewati medan yang jarang sekali landai.
Keringat yang keluar bercampur debu yang nempel di muka. Betis yang keram, paha yang tegang dan punggung yang pegal menahan beratnya backpack yang dibawa. Gak pernah membuat gw kapok untuk melakukan perjalanan-perjalanan menguras stamina seperti ini.

I love it so much :)


Dilain cerita...

Pernah gak membayangkan hidup tanpa barang elektronik, handphone, internet, lampu, sabun, odol dkk?
Gw merasa seperti kembali ke masa lalu, ketika jaman kerajaan kuno di Indonesia. Karena di sini hal-hal yang gw sebutin diatas benar-benar dilarang penggunaannya. And i feel like,... awesome!
Sore hari setelah melakukan perjalanan yang melelahkan, gw langsung pergi ke sungai jernih yang biasa dipakai warga baduy sebagai tempat mandi. Gak ada air panas disini buat terapi kaki, tapi dinginnya air sungai sudah lebih dari cukup untuk menyegarkan badan, menghapus peluh dan debu sepanjang perjalanan. I'm gonna go totally naked actually. Tapi ketika melihat 100m ke kiri, banyak cewe-cewe yang juga sedang mandi tanpa dibatasi sekat apapun, dengan sangat menyesal akhirnya gw mandi pake sempak.

Gak banyak yang bisa dilakukan ketika malam datang, hanya mengobrol dengan sesama traveler, dan memperhatikan traveler-traveler lainnya yang baru sampe dengan badan penuh lumpur dan tanah merah. Malam hari dan hujan, bukan kombinasi yang menyenangkan ketika trekking ke baduy dalam, trust me!

Menikmati setiap perjalanan demi perjalanan, berjalan membelah hutan dan sungai, tidur beratapkan bintang, digigit dinginnya udara gunung, disengat teriknya matahari. Ini bukanlah pelarian dari sebuah rasa takut, tapi lebih ke pencarian untuk menemukan cara mengalahkan takut.


"Perjalanan bisa menjadi pelarian dari rasa takut, bisa pula pencarian untuk menemukan cara membunuh takut." -Titik Nol, Agustinus Wibowo-


Follow my instagram @_ikes for visual experience :)


0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

ini jelas-jelas punya rikes n___n